Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bupati Cup, Pengalaman dan Kesabaran


 

Bupati Cup, Pengalaman dan Kesabaran

Bukanmenggurui.id   (26/03/2022) Sudah sedikit agak lama sejak terakhir saya membuat postingan yang mengisahkan pengalaman atau kisah yang pernah saya alami

Kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang pengalaman saat saya saat mengikuti turnamen bulutangkis antar instansi sekabupaten di tempat saya bekerja. Cerita ini berkejadian tepat diminggu terakhir bulan September tahun 2021, saat itu covid-19 sudah mereda tapi belum sepenuhnya menghilang dari muka bumi.

Saya yang memang rutin latihan bulutangkis bersama teman-teman kantor saya di sebuah GOR, sebenarnya tidak jago-jago amat dalam mengolah raket dan menepuk bola bulutangkis. Level saya masih sangat amatiran dan bermain bulutangkis hanyalah menjadi hobi rutin yang tujuannya memang untuk meredakan penat dan mencari kesibukan yang bermanfaat.

Hingga suatu ketika datanglah surat undangan dari Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia cabang Musi Banyuasin yang ditujukan ke kantor saya. Saya yang kebetulan adalah PIC Bulutangkis di kantor menjadi orang pertama yang membaca surat ini. Jelas tertulis di sana undangan untuk mengikuti turnamen antar instansi se-kabupaten.

Ada rasa senang karena PBSI setempat mengundang kantor saya, tapi ada rasa segan juga untuk merespon positif surat tersebut. Akhirnya surat itupun saya disposisikan ke rekan-rekan saya di grup badminton kantor, Walah-walah ternyata anak-anak justru menyambut dengan antusias undangan tersebut. Malah dengan sumringah mengiyakan untuk ikut serta turnamen bulutangkis yang cukup bergengsi itu.

Saya mewakili rekan-rekan kantor akhirnya dengan langkah pasti memberanikan diri untuk mendaftarkan diri pada turnamen tersebut. Turnamen yang memperebutkan piala bergilir Bupati Musi Banyuasin.

Kami tidak mengincar pialanya, apalagi hadiah uang tunai. Terlalu durhaka bagi kami untuk memikirkan dan membayangkannya. Bisa tidak terbantai saja sudah bersyukur.

Karena turnamen ini sifatnya antar instansi, sistem lombanya adalah grup yang berisikan 3 (tiga) pasang ganda putra dan 1 (satu) pemain cadangan. Sistemnya mirip-mirip dengan Thomas Cup namun yang berbeda adalah tidak dipertandingkannya nomor tunggal. Kami pun akhirnya mengirim 3(tiga) pasang ganda terbaik yang ada di kantor.

Hari perlombaan pun tiba, dengan sedikit rasa gugup dan excited yang datang kami masuk ke arena dengan baju seragam berwarna biru tosca dengan langkah tegap. Hasil undian menempatkan kami di pool bawah, dan bertemu dengan tim Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Saat itu saya menerawang bahwa usia pemain lawan lebih senior dari tim kami, 30 tahunan keatas.



Partai pembuka,

Tiba di pertandingan pertama, kontingen kami mengirimkan Pauzan dan Pak Heru untuk didapuk sebagai ganda pertama. Pertandingan dibuka dengan reli-reli panjang dan jual beli serangan antar lawan.

Tim kami mampu merepotkan lawan sehingganya beberapa kali kami berada dalam posisi unggul dan diatas angin. Tapi apa hendak dikata, di penghujung laga ganda pertama kami harus mengakui keunggulan lawan, mereka dikalahkan oleh lawan yang lebih aktif dan menekan sepanjang pertandingan, skor 0-1.

Giliran saya pun tiba, saya turun sebagai ganda kedua dan akan berpasangan dengan kak rama. Diawal-awal saya dan pasangan mampu memberikan tekanan dan pukulan-pukulan yang menyusahkan lawan. Kebetulan saat itu lawan kami adalah lawan yang secara usia lebih senior dan berpengalaman. Saya dan kak rama langsung tancap gas, hinggal unggul 4-0 diawal set pertama. Namun, setelah itu semuanya berubah.

Lawan yang lebih berpengalaman berhasil mendikte permainan saya dari interval set pertama hingga akhir laga. Saya saat itu berposisi sebagai penggebuk dan Kak Rama sebagai pemain depan. Bermain menyerang di-set pertama, akhirnya energi saya tidak cukup untuk bertahan di set kedua.



Beberapa kali saya jatuh dan bangun untuk mengejar bola kekiri dan kekanan hingga peluh keringat membasahi sekujur tubuh, hingga tak sedikit yang membasahi lantai lapangan. Diakhir pertandingan, saya dan kak rama akhirnya harus mengakui keunggulan lawan yang bermain tenang dan tampil lebih percaya diri. 

Setelah pertandingan tangan saya masih gemetar dan linu akibat kelelahan melakukan smash, meskipun smashnya kebanyakan mampu dikembalikan lawan. Haha.

Cerita yang saya dapatkan disini sangat berharga. Selain dapat keringat, saya juga dapat bonus pengalaman yang membuat saya semakin termotivasi untuk bermain bulutangkis yang ebih baik dan sabar. Iya, saya orangnya sangat tidak sabaran dan sangat egois saat bermain. Hal inilah yang menurut saya menjadi kunci kekalahan pada turnamen tersebut.

Saya berharap kedepannya dengan adanya bulutangkis dihidup saya, akan menjadikan saya menjadi manusia yang lebih positif. Bukan hanya dari segi jasmani tapi juga rohani. Menjalani hobi yang kita sukai ternyata sangat asyik saat dilakukan, salah satunya ya bulutangkis ini. Saat bermain, menonton, atau hanya sekedar baca berita bulutangkis sudah sangat menyenangkan bagi saya.

Akhir kata sekian kisah saya, tunggu saya dan kami di turnamen selanjutnya.



Posting Komentar untuk "Bupati Cup, Pengalaman dan Kesabaran"